-->

Thursday, August 11, 2016

PEREMPUAN DALAM PANDANGAN KANG AHER

Ahmad Heryawan dan Netty
Ahmad Heryawan dan istri
Oleh : H Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat)
Jangan pernah sekalipun menyepelekan kekuatan perempuan. Dia bisa menjelma menjadi kekuatan yang sedemikian dahsyatnya. Tiga tahun sebelum hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah Muhammad SAW turun ke liang kubur. Dengan tangannya sendiri, beliau memasukkan jenazah itu pada tempat yang semestinya. Tak terperikan kesedihan di wajah Rasulullah.

Jasad siapakah yang dikubur itu? Siti Khadijah, istri pertama beliau. Khadijah adalah salah satu sumber inspirasi penting Muhammad SAW. Bahkan ketika sudah meninggal bertahun-tahun, Khadijah tetap ada di hati Nabi. Sesuatu yang membuat cemburu Siti Aisyah, istri lainnya Nabi setelah Khadijah meninggal.

“Saya tidak pernah cemburu kepada istri-istri Rasulullah kecuali pada Khadijah. Walaupun saya tak pernah melihatnya, tetapi Rasulullah sering menyebutnya setiap saat. Ketika beliau memotong kambing, tak lupa beliau sisihkan untuk kerabat-kerabat Khadijah. Ketika saya katakan seakan-akan tak ada wanita ini selain Khadijah, beliau berkata ‘sesungguhnya dia telah tiada dan dari rahimnya aku dapat keturunan’,” kata Aisyah.

Perempuan-perempuan selalu memiliki keistimewaan di tengah kelemahannya. Khadijah adalah wanita hebat. Aisyah tak kalah hebatnya. Istri-istri Nabi Muhammad Saw adalah wanita-wanita hebat. Sejarah mencatat betapa dalam pergolakan manusia, muncul wanita-wanita hebat sepanjang zaman. Dalam masa perjuangan hingga pergolakan, bangsa ini mencatat tak sedikit wanita-wanita hebat muncul. Dari Tjut Nyak Dien, RA Kartini, Dewi Sartika, Christina Tiohahu, hingga Rohana Kuddus. Juga sampai sekarang.

Beberapa tokoh wanita yang menduduki posisi kunci pemerintahan saat ini, adalah juga bukti negeri ini tak kekurangan perempuan-perempuan hebat. Dalam seminggu terakhir, kisah tentang perempuan-perempuan hebat itu sangat mewarnai alam pikiran dan perasaan saya. Pertama, tentu saja, sebagaimana mungkin sudah diketahui, saya baru saja ditinggal oleh salah satu perempuan yang hebat, setidaknya dalam kehidupan saya pribadi.

Hj Atikah binti H Darimy, salah seorang perempuan hebat buat saya, pergi meninggalkan saya untuk selama-lamanya. Beliau adalah figur perempuan yang sangat berarti buat saya. Beliau yang melahirkan saya, beliau yang mendidik saya, dan betapa besarnya jasa beliau dalam kehidupan saya.

Almarhumah adalah ibu saya. Beliau meninggalkan saya, saudara-saudara saya, keluarga dan kerabat saya, pada Minggu (7/8) lalu di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin Bandung. Saya ikhlas seikhlas-ikhlasnya melepas kepergian beliau. Saya antarkan kepergian beliau ke kehidupan akhiratnya dari satu titik di Sukabumi, dengan doa yang tak lepas-lepas, dan mudah-mudahan tak berhenti sampai hayat di kandung badan.

Saya memiliki kedekatan yang amat sangat dengan ibu. Ibu adalah tempat curhat saya, terutama ketika masih hidup membujang, termasuk juga saat-saat saya menjalani kehidupan berkeluarga dan memimpin Jawa Barat. Ada persoalan-persoalan yang saya tahu, ibu setidaknya bisa menjadi penunjuk solusi, atau sekadar sebagai penyemangat saja.

Selain ke istri saya, Netty Prasetyani, saya kerap mengadu menghadapi persoalan-persoalan yang cukup pelik ke ibu. Apa yang saya alami setelah itu, alhamdulillah beban pikiran menjadi lebih ringan. Karena saya memiliki keyakinan, ibu akan selalu menunjukkan jalan kebaikan dan mendoakan putranya yang sedang menghadapi masalah.

Saya juga beruntung memiliki ibu yang demikian kuatnya. Sebagai seorang pejabat publik, saya memandang wajar saja jika banyak isu-isu yang muncul seputar saya. Sepanjang isunya tak berlebihan, buat saya tidak apa-apa. Saya tahu itu risiko menjadi pejabat publik. Dan, ibu meneguhkan diri saya karena beliau pasti lebih percaya pada anak-anaknya ketimbang isu yang berseliweran.

Beruntung juga saya memiliki Hj Atikah binti H Darimy karena secara subjektif saya nilai memberi kemaslahatan pada banyak orang. Ibu, rasa-rasanya, tak pernah melalaikan kewajiban keimanan dan keislamannya. Ibu, sepanjang yang saya lihat, dengar, dan rasakan, juga menebar manfaat yang banyak bagi orang di sekelilingnya, sebagaimana menebar kebaikan terhadap putra-putrinya.

Sekarang, sejak minggu lalu, ibu sudah berada di alam yang berbeda. Beliau pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Saya, sebagai putranya, menyampaikan terima kasih tiada terhingga kepada semuanya yang mengurus, menyelenggarakan, dan mendoakan ibu di saat beliau pergi. Semoga amal baik tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiiin.

Di tengah kepergian ibu, di saat rasa duka masih terasa, saya juga menerima kabar yang menggembirakan tentang perempuan hebat lainnya. Namanya Sri Wahyuni Agustiani. Tak banyak yang tahu siapa dia. Tapi, begitu dia meraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro, semua orang baru terkesima tentang wanita muda kelahiran Banjaran, Kabupaten Bandung itu.

Yuni adalah atlet yang luput dari hingar-bingar pentas olahraga. Angkat besi, cabang yang dia geluti (bahkan sampai belajar ke Pringsewu, Lampung) adalah cabang yang jarang dilirik publik. Tetapi, Yuni tak peduli. Dengan keteguhan hatinya, dia cucurkan keringat di setiap latihan. Hasilnya, dialah atlet Indonesia pertama yang meraih medali di Rio.

Apa yang ditunjukkan Yuni adalah prestasi membanggakan. Terlebih lagi, karena ini merupakan penampilan pertamanya di ajang Olimpiade. Meskipun dia sudah pernah berjaya dari tingkat PON, SEA Games, Asian Games, sampai Kejuaraan Dunia, tapi bertanding di arena Olimpiade tentulah membutuhkan kemampuan fisik non-fisik, teknik non-teknik yang luar biasa. Dan, Yuni melewatinya dengan mulus, dengan medali perak.

Jawa Barat, dalam konteks olahraga, juga selalu menghadirkan perempuan-perempuan hebat. Tanah Pasundan ini yang melahirkan Susi Susanti, peraih medali emas pertama negeri ini di ajang Olimpiade (Barcelona 1992). Di sini pula lahir Ivanna Lie, petenis terbaik setelah Yayuk Basuki, Angelique Widjaja, ratu renang Catherine Surya, dan perenang-perenang tangguh lainnya.

Apa makna dari sukses Yuni di Brasil adalah putri-putri Jawa Barat harus percaya diri, bahwa mereka memiliki kemampuan mumpuni yang bisa bersaing di bidang apa saja, termasuk juga di bidang olahraga. Khusus bidang olahraga ini, kita tentu saja berharap bahwa sukses Yuni adalah cerminan, atau setidaknya tanda-tanda, bahwa target Jabar Kahiji pada PON XIX/2016 mendatang bukanlah sekadar mimpi. Kita harapkan, perempuan-perempuan perkasa di Jawa Barat ikut berperan mewujudkannya.
SaveSave

0 komentar:

Post a Comment