-->

Monday, August 15, 2016

SALMIAH RAMBE: ALUMNI XAVERIUS, AKTIVIS DAKWAH KAMPUS DAN ANGGOTA DPRD KOTA BANDUNG YANG HAFAL 30 JUZ AL-QURAN

Salmiah Rambe
Salmiah Rambe
PORTALBANDUNG.COM, BANDUNG -- "Mangga buu...avec pleisure... dengan senang hati..." sahut Hj.Salmiah Rambe, aleg DPRD kota Bandung Komisi D dari fraksi PKS ketika diminta waktu untuk wawancara (07April 2016). Wah ada bahan tambahan pertanyaan ikhwal Perancis nih, dalam benak Penulis begitu mendengar bahasanya yang bercampur Perancis tadi.

Hidup di negara minoritas muslim tak membuat perempuan yang menyukai warna soft orange ini jadi terasing. Kekeluargaan antar muslim di Perancis demikian kental. Perannya sebagai Pembina Pengajian Ibu Indonesia Toulouse French, membuat banyak dikenal dilingkungan keluarga muslim. Indahnya ukhuwah dirasa tatkala menghadapi persalinannya yang pertama. Kompaknya para ibu dari Aljazair, Arab, Perancis maupun Indonesia. Masing-masing ambil peran ingin membantu. Ada yang bagian masak didapur, ada yang bebersih rumah ada yang menemani di rumah sakit. "Intinya persaudaraan Islam benar-benar diwujudkan dan dihayati", demikian bangganya ibu dari empat anak ini membeberkan kenangannya ketika mendampingi sang suami di negara Perancis.

Bergaul dengan non muslim baginya sudah terbiasa. Bayangkan sejak Taman Kanak hingga Sekolah Menengah Atas. Cucu dari Hj.Ahmad Rivai Harahap ini, ketika didaftarkan di Perguruan Xaverius Jambi bukan tak dapat tentangan dari neneknya, yang salah satu tokoh jaman Orde Baru, sebagai guru agama pula. Namun Ibunda kanak-kanak Mia demikian biasa dipanggil, tak punya pilihan lain karena saat itu belum ada sekolah yang mutunya setara, sedangkan suami nyaris tak ikut campur urusan apapun dalam keluarga hingga pilihan sekolah. Beliau hanya serius mengurus dagangan. Peran besar ibunya dalam membesarkan keenam putra-putrinya menjadi catatan yang sulit dilupakan bagi dirinya.

Bersekolah di sekolah Kristen tak kecil tantangan dan hambatan terutama kaitannya dengan agama. Makin terasa jika bulan Ramadhan tiba. Tentulah tak ada dispensasi dalam pelajaran olah-raga. Belum godaan makan-minum ketika dirinya jalankan shaum. Berat memang. Tapi didikan neneknya yang kuat dalam menanamkan aqidah sejak kecil, Mia mampu melewati masa sulit yang dijalani selama bertahun-tahun.

Kesan yang dalam terhadap ibundalah yang membuat Salmiah Rambe dalam setiap kunjungan kerjanya atau ketika reses sebagai anggota dewan untuk menyempatkan bertemu sosok ibu yang dinilainya penuh perjuangan. Sekedar menyapa dan berbagi suka dia selalu tak lupa. Misal sekedar berbagi perhatian pada seorang ibu lansia yang kurang beruntung, tak punya sanak saudara tinggal dirumah sebatang kara (seperti gambar terlampir), atau ibu yang kurang beruntung lainnya.

Sebenarnya cita-cita masa remaja perempuan kelahiran Jambi, 3 Desember 1969 ini menjadi diplomat dan ingin kuliah di kota Bandung. Beruntung dia lulus PMDK dan diterima di UNPAD jurusan Hubungan Internasional, sesuai dengan cita-cita. Lalu mengapa tiba-tiba beralih haluan masuk STAN di Jakarta?. "Pikiran itu melintas tiba-tiba ketika saya membaca iklan penerimaan mahasiswa STAN yang gratis alias tak berbayar. Ini kesempatan saya membantu meringankan ibu supaya berkurang biaya untuk pendidikan, karena kakakku semua kuliah di perguruan tinggi swasta", demikian penjelasan mengapa akhirnya tenggelamkan cita-cita yang sudah kepegang ditangan. Pengorbanan ini kelak membuat jalan bagi takdirnya kemudian.

Di kampus STAN gadis yang punya hobi membaca, travelling dan berkenalan ini tak sulit beradabtasi, meski dirinya orang dari seberang pulau Jawa. Sehingga ketika telah melewati tahapan tarbiyah, diapun mendapat amanah sebagai Ketua Keputrian PRODIP Jurangmangu dan sudah diamanahi membimbing adik tingkatnya ketika dirinya baru menginjak tingkat dua. Indahnya jalinan ukhuwah, berjuang tolong-menolong dalam meniti dakwah takkan mungkin terlupakan oleh aktivis dakwah kampus ini.

Ternyata panggilan dakwah ini terwarisi dari buyutnya yang tokoh pergerakan dimasanya, Hj.Hamijah Siregar, Ketua Aisyah Tapanuli Selatan.
Tak puas dengan bekal tarbiyah kampus di STAN, untuk menambah khazanah ilmu dakwah, dirinya menimba ilmu di Lembaga Dakwah dan Studi Islam Al Hikmah Jakarta dan dilanjutkan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili Bandung. Sementara untuk mengejar hafalan Qur'an dia tempuh di Lembaga Tahfidz Qur'an Habiburrahman Bandung. Di tengah kesibukan yang padatpun perempuan enerjik ini masih mempunyai jadwal sebagai nara sumber di Radio MQ FM Bandung.

Pembicaraan terhenti ketika suara handphone berdering. Dari seberang terdengar suara yang tak begitu jelas. Usai ditutup sambungan telepon, istri Dipl.Ing.Lian Dharma Kusumah ini menjelaskan "Suami saya barusan yang menelepon, maaf kepotong". Kesempatan itu Penulis gunakan segera mohon diri meski masih betah mendengar suaranya yang renyah penuh ramah.
(Frieda Kustantina)

Sumber: http://www.pksbandungkota.com/2016/04/alumni-xaverius-yang-jadi-aktivis.html

0 komentar:

Post a Comment