-->

Sunday, July 3, 2016

KHUTBAH IDUL FITRI 1437 H: NYALAKAN IMAN DALAM KEHIDUPAN, REFLEKSI PUASA RAMADHAN

ilustrasi (inet)
Oleh: Ust. Ulis Tofa, Lc.

Pendahuluan
اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَر اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Allaahu Akbar, Allah Maha Besar
Laa ilaaha illaa Allah, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah
Allaahu Akbar, Allah Maha Besar
Walillaahil Hamd, Bagi Allah segala bentuk pujian.

Mengangungkan Allah di hari Raya Idul fitri
      
Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamd. Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullah
Sekitar 1,6 milyar umat Islam di seluruh penjuru dunia (23.4% dari total penduduk dunia) hari ini mengagungkan Allah Ta’ala. Dua ratus lima juta lebih (85%) penduduk Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke serentak melantunkan Takbir, Tahlil, Tahmid, dan Tasbih. Sebagai bukti pengakuan kita akan Keagungan, Kesucian, dan Kesempurnaan Allah Ta’ala, sedangkan kita sebagai manusia sangat lemah, serba kekurangan dan tak berdaya.
     
Hari ini umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri, hari kemenangan melawan hawa nafsu, hari kembali fitrah laksana bayi yang baru dilahirkan setelah selama satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Umat Islam bersuka cita, bergembira merengkuh hari raya. 

Sabda Nabi saw.:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan: bahagia saat berbuka (Idul Fitri) dan saat berjumpa dengan Tuhannya kelak dengan membawa puasanya.” (HR. Bukhari)

Hari ini, kembali umat Islam memproklamirkan dengan segenap kesadaran bahwa:

Allaahu Akbar, Allah Maha Besar
Laa ilaa illaa Allahu, Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
Allahu Akbar, Allah Maha Besar
Walillaahil Hamd, Bagi-Nya segala bentuk pujian.
     
Umat Islam mengagungkan perintah-perintah Allah Ta’ala. Umat Islam memuliakan syariat-Nya. Umat Islam yakin sepenuh keyakinan bahwa dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala dan dalam meninggalkan larangan-Nya pasti ada kebaikan bagi kehidupannya; baik individu, keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Inilah iman.
     
Imanlah yang menggerakkan langkah kaki kita untuk hadir di lapangan ini. Imanlah yang mendorong hati kita untuk hadir di masjid atau mushalla menunaikan shalat Idul Fitri. Dorongan kuat untuk menghamba dan mementingkan Allah Ta’ala mengalahkan yang lain-Nya.

Puasa Ramadhan Refleksi Pengagungan terhadap Allah
     
Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamd. Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullah
Satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan umat muslim di seluruh penjuru dunia mengagungkan Allah Ta’ala, mengistimewakan perintah berpuasa, menjalankan perintah ibadah Ramadhan. Di siang hari mereka rela berlapar-lapar dahaga. Di malam hari mereka senang berlelah-lelah Tarawih dan Qiyamu Ramadhan. Itu semua dilakukan hanya semata dorongan iman.
     
Bayangkan, di siang hari yang biasanya kita makan sesuatu yang halal, milik kita sendiri tapi kita rela menjauhinya karena ada iman di dada. Di siang hari kita tidak berhubungan suami istri padahal itu halal, karena ada iman membuncah di hati.
     
Bayangkan, saat kita sendirian di dalam kamar, di dekat kita ada jus dingin menggiurkan, tapi kita tidak menyeruputnya meski tidak ada yang tahu, karena ada iman dalam jiwa.
     
Bayangkan, saat 3 menit sebelum bedug Adzan Maghrib pun kita tidak berani mengecap sebiji kurma, karena ada iman dalam sanubari kita.
     
Di malam hari, biasanya kita shalat Isya’ sekitar lima sampai sepuluh menit, tapi di malam-malam Ramadhan kita rela berdiri selama tak kurang satu jam shalat Tarawih, bahkan terkadang di tengah malam kita berdiri Qiyamu Ramadhan membaca satu juz Al-Quran, itu semua kita lakukan karena ada dorongan iman yang melekat dalam diri kita.
     
Ya, selama Ramadhan kita suka cita, riang gembira menjalankan itu semua karena gelora iman di dada kita. Pantas saja Allah Ta’ala memanggil kita dengan sebutan orang-orang beriman saat memerintahkan kita berpuasa:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah:183)
Pun demikian sabda Nabi SAW, setidaknya ada 3 redaksi hadits puasa yang hampir sama, kesemuanya berkaitan erat dengan iman. Nabi bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa berpuasa karena dilandasi iman dan ikhlas (penuh perhitungan), maka dosanya yang lampau akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa menghidupkan malam (shalat Tarawih atau Qiyamu Ramadhan) karena dilandasi iman dan ikhlas (penuh perhitungan), maka dosanya yang lampau akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar (shalat malam) karena dilandasi iman dan ikhlas (penuh perhitungan), maka dosanya yang lampau akan diampuni.” (HR. Bukhari).

Ya, baik puasa di siang hari atau shalat Tarawih di malam hari, atau bahkan menghidupkan malam Lailatul Qadar hanya bisa dilakukan bagi mereka yang memiliki iman yang kokoh.

Mengagungkan Allah dalam Kehidupan

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamd. Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullah
Tentu, kita tidak ingin menjadi hamba yang shalih pada bulan suci Ramadhan semata, kemudian di luar bulan Ramadhan iman kita tanggalkan entah di mana, bukan?! Pasalnya di luar Ramadhan iman kita akan diuji oleh Allah Ta’ala dengan berbagai ujian kehidupan. Allah Ta’ala berfirman:

الم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji lagi?. Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, Allah pun betul-betul mengetahui orang-orang yang benar (imannya) dan Dia betul-betul mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut: 1-3)

Ujian iman dalam kehidupan sangatlah beragam. Mari sejenak kita mengarungi sejarah generasi awal Islam, bagaimana mereka merespons ujian kehidupan dengan iman yang kokoh.

Contoh pertama, perintah berhijrah. Berhijrah atau meninggal tanah kelahiran ke tempat baru yang belum tentu ada jaminan kepastian hidup. Hijrah ini dilakukan oleh para sahabat sebanyak 3 kali. Hijrah pertama dan kedua ke Habasyah atau Ethiopia (benua Afrika). Mari kita bayangkan, bagaimana para bapak dan ibu bahkan anak turut serta menyeberangi lautan, mengarungi padang pasir tandus hanya untuk menyelamatkan aqidah mereka. Hijrah ketiga ke Madinah, bayangkan berjalan kaki dari Mekah menuju Yatsrib (nama kota sebelum diubah menjadi Madinah) itu seperti perjalanan Jakarta menuju Surabaya. Bukan dengan pesawat, bukan dengan kereta cepat, bukan juga dengan bus. Tapi berjalan kaki atau naik kuda dan unta mengarungi padang pasir dan gurun sahara dengan cuaca panas menyengat sampai 50 derajat Celsius lebih.
Rahasia mereka mampu menjalankan perintah Allah Ta’ala berhijrah tersebut tiada lain karena ada iman di dada mereka.

Contoh kedua, adalah larangan khamer atau minuman keras. Larangan khamer ini melalui 4 tahap:
Tahap pertama, bahwa dalam kurma dan anggur bisa dijadikan minuman memabukkan juga bisa dijadikan rizki yang baik (QS. An-Nahl:67)

Tahap kedua, khamer dosa besar meski ada manfaatnya, tapi dosanya jauh lebih besar (QS. Al-Baqarah:219)
Tahap ketiga, larangan shalat saat mabuk (pengkondisian lima waktu menjelang shalat untuk tidak mabuk). (QS. An-Nisa’:43)

Tahapan keempat atau tahapan final, pengharaman khamer. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)?”(QS. Al-Maidah 90-91)

Dengan turunnya ayat tersebut umat Islam pada saat itu yang diwakili oleh sahabat Umar ibnu Al-Khattab berkomentar: “Intahainaa yaa Rabb, Intahainaa yaa Rabb, intahainaa yaa Rabb. Kami sudahi wahai Tuhan.” Seketika itu kampung Arab banjir dengan khamer karena gentong-gentong khamer di dalam rumah mereka tumpahkan di jalanan.

Mengapa mereka bersedia meninggalkan khamer, padahal khamer sudah mendarah-daging, turun-temurun, bahkan menjadi industri; di sana ada investasi, ada penyerapan tenaga kerja. Jawabannya jelas, mereka tidak mendahulukan logika akal, tidak juga menuruti kemauan syahwat, tapi mereka mencerna dengan iman.

Nah, itu dua contoh ujian keimanan para sahabat generasi terbaik, selain itu banyak ujian keimanan mereka; perintah berjihad (hampir setiap bulan mereka keluar rumah berperang membela agama Allah Ta’ala), perintah berdakwah, larangan menjadikan orang kafir sebagai penolong, larangan berkhianat dan banyak sekali contoh-contoh lainnya… Mereka mampu melalui ujian kehidupan itu dengan iman yang kokoh.

Menjadi Hamba Rabbani bukan Hamba Ramadhani

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamd. Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullah
Ujian keimanan dalam kehidupan sangatlah kompleks, sesuai dengan kadar iman kita. Tapi insya Allah kita mampu melewatinya karena kita sudah digembleng selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan. “Kun Rabbaaniyyan walaa takun Ramadhaniyyan. Jadilah kamu hamba Rabbani dan janganlah kamu menjadi hamba Ramadhan.”

Ujian iman itu berupa perintah ibadah ritual seperti shalat. Kewajiban shalat ini tidak boleh ditinggalkan apapun alasannya kecuali kalau kita sudah dishalati. Sayangnya, masih banyak di antara umat Islam yang masih menggampangkan perintah shalat. Tiada gunanya berpuasa di bulan Ramadhan kalau tidak menjalankan kewajiban shalat.

“Sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” ( HR. Muslim)

Ujian iman itu berupa perintah menutup aurat. Bagi perempuan atau anak gadis yang sudah baligh (sudah kedapetan datang bulan), maka pakaian bagi mereka saat mereka keluar rumah adalah menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan saja, sebagaimana ketika mereka shalat. Tapi apa yang terjadi dengan remaja kita? Mereka anak-anak kita. Kita sebagai orang tua mempunyai tanggung jawab besar untuk mendidik dan membimbing mereka. Jangan sampai mereka di hari Kiamat kelak menyeret kita ke lubang neraka gara-gara mereka protes pada Allah Ta’ala karena di dunia mereka tidak pernah didik menurut agama. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)

Ujian iman itu ada pada perintah mendidik dan memilihkan (institusi) pendidikan yang baik, religius dan berkualitas bagi putra-putri kita. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)

Ujian iman itu ada pada perintah amar makruf nahi munkar (menyuruh yang baik dan mencegah yang munkar) atau saling menasihati. Perintah ini merupakan penguat sendi-sendi bermasyarakat bahkan berbangsa dan bernegara. Perintah ini tidak hanya tugas para muballigh atau penceramah saja, tapi tugas kita semua tanpa terkecuali.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:71)

Ujian iman itu ada pada perintah memilih pemimpin sesama muslim (larangan memilih pemimpin non muslim). Memilih pemimpin tidak semata urusan dunia. Karena baik-buruknya pemimpin akan berdampak pada rakyatnya. Pemimpin yang baik akan menyejahterakan rakyatnya dan mengantarkan pada kebaikan di akhirat kelak biidznillah. Sebaliknya pemimpin yang buruk hanya akan menyengsarakan di dunia lebih lagi menjerumuskan pada kenistaan di akhirat kelak.

Bayangkan, jika pemimpin mengeluarkan perpu, pergub, perda, atau SK. yang melarang menggunakan hijab bagi muslimah di sekolah, atau membatasi praktik ibadah di kantor atau contoh lainnya…
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin atau  pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara  diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).”  (QS. Ali Imran:28)

Ujian iman dalam kehidupan sangatlah beragam, di atas hanya contoh… Oleh karena itu kita sikapi ujian kehidupan (perintah dan larangan) dengan iman yang menghunjam di dada, bukan dengan nafsu, bukan logika, bukan juga kepentingan duniawi. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al-Ahzab:36)

Permasalahannya adalah iman itu fluktuatif, kadang naik kadang turun, kadang hidup kadang redup. Sahabat Abu Darda’ Al-Anshari RA berkata:

الإِيْمِانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ

“Iman itu terkadang naik dan turun.”

Para ulama menyimpulkan, iman akan naik dan kokoh dengan menjalankan ibadah dan ketaatan. Begitu juga, ibadah dan ketaatan akan ringan dikerjakan ketika iman naik dan kokoh. Keduanya saling mempengaruhi.
Sebaliknya, iman akan ringkih bahkan mati karena praktik maksiat dan dosa, wal’iyadzu billah.
Di sinilah perjuangannya, kita berusaha menjaga dan merawat bahkan meningkatkan iman agar tetap naik dan kokoh dengan menjalankan ibadah dan ketaatan.

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamd. Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullah

Doa

Mari kita bershalawat atas Nabi Muhammad saw. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah saw., keluarga beliau, sahabat beliau dan umat beliau yang setia hingga akhir zaman.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَناَ وَلِوَالِدِيْناَ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمينَ وَالْمُسْلِماتِ اَلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.

Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jagalah kami dengan Islam saat kami sehat maupun saat kami sakit. Jangan cabut nyawa kami kecuali dalam kondisi beragama Islam dan husnul khatimah.

Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari badai dan banjir yang menenggelamkan dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka. 

Ya Allah, hancurkanlah orang-orang yang tak suka dengan agama-Mu, yang menghina kitab-Mu, yang mempermainkan syariat-Mu.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang berjuang di Palestina. Selamatkan mereka, kaum wanita dan anak-anak mereka. Ya, Allah hancurkan pasukan Yahudi Zionis yang telah berbuat kerusakan di sana dan bangsa-bangsa lainya yang telah menyokong dan membantu mereka. Ya, Allah amankan dan selamatkan Masjidil Aqsha.

Ya Allah persatukanlah kami kaum Muslimin, untuk mengamalkan dan menegakkan agama-Mu. Dan, karuniakanlah kepada kami keberkahan dari langit dan bumi. Jangan biarkan kami bercerai-berai.

Laa ilaaha illaa Anta subhaanaka innaa kunnaa minazhzhaalimiin…3X

Ya Allah, Yang Mendengar rintihan hamba yang lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan setan. Jangan segera Engkau lenyapkan hari yang suci ini. Berikanlah waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Kami masih ingin shalat Idul Fitri kembali. 

Ya Allah, jangan biarkan orang-orang yang sengaja merusak kesucian Idul Fitri dengan pesta dosa dan kemaksiatan. Yang membuat masyarakat kami rusak dan anak-anak kami hancur. Ya Allah, jauhkan mereka dari kami.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, para janda, anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Tolong dan lindungi mereka yang ditimpa musibah. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi-Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.

Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela syariat-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa.

Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkan hati kami di atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. 
Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.

 اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين,
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

(dakwatuna.com/hdn)


Sumber:  http://www.dakwatuna.com/2016/07/02/81194/khutbah-idul-fitri-1437-h-nyalakan-iman-kehidupan-refleksi-ibadah-puasa-ramadhan/#ixzz4DJnhsrDB 

0 komentar:

Post a Comment